Sudah lamaaa banget saya kepingin punya rambut ombre. Kurang lebih sudah 4 tahun hingga akhirnya saya memutuskan untuk mewarnai rambut saya menjadi ombre pada akhir Juli 2016 kemarin. Salah satu hal yang bikin saya kepingin banget punya rambut ombre adalah karena saya melihat dua teman kuliah saya; Ajeng dan Caca yang mengombre rambut mereka menjadi warna pink. Sebagai pencinta warna pink, saat itu mata saya langsung berbinar-binar karena ingin sekali memiliki rambut seperti mereka. Akan tetapi, apa daya, saat itu keinginan saya untuk memiliki rambut ombre belum bisa kesampaian.
Jujur saja, hingga menit terakhir saya akan mengombre rambut, saya masih ragu, terutama karena beberapa ucapan ‘nggak enak’ dari adik, sahabat, dan beberapa teman yang menganggap rambut ombre itu norak, alay, dan kampungan. Dan setelah sempat beberapa lama melupakan keinginan untuk punya rambut ombre, keinginan saya pun kembali ‘bangkit’ setelah melihat postingan salah satu teman; Lely, yang telah mengombre rambutnya dengan warna violet dan kemudian memberikan hadiah berupa cat rambut Pravana Chromasilk Vivid Violet ke rumah saya tiba-tiba. Kurang lebih dia bilang, bahwa cat rambut tersebut diberikan kepada saya sebagai hadiah untuk salah satu ‘duta pariwisata’ Indonesia. :’) Saya begitu girang bukan main. Lely baik sekali.
Setelah mengirimkan cat rambut violet tersebut, Lely kemudian memberikan rekomendasi kepada saya untuk mengombre rambut di The Dee Hair milik Claudia Young (Audi) yang ternyata adalah teman gereja saya sendiri sejak SMP! Begitu sempitnya di dunia ini. Setelah sempat bertanya-tanya masalah biaya untuk mengombre rambut, waktu pengerjaan, dan mengatur jadwal supaya bisa mulai mengombre rambut, akhirnya saya pun mengombre rambut ‘perawan’ ini pada 31 Juli 2016. Saya ingat betul, hari itu hari Minggu pukul 10 pagi. Adik kecil saya; Chika, mengantar saya ke rumah Audi yang letak kompleksnya berseberangan dengan kompleks rumah saya.
Dulu, rambut saya memang cukup hitam dan berkilau seperti bintang iklan sampo. 😛 Tapi, sejak saya cukup sering berpergian dan ‘mandi’ di bawah sinar matahari, warna rambut saya pun lama-lama menjadi coklat dan agak ‘bule’. Dan hal ini pun cukup menguntungkan bagi saya yang ingin mengombre rambut menjadi ombre ungu atau violet, karena saya jadi nggak perlu bleaching berkali-kali. Cukup dua kali saja.
Begitu saya sudah punya rambut ombre violet, saya sering banget dihujani pertanyaan: apa rasanya di-bleach? Bleaching itu gatal, ya? Terus rambutmu rusak, dong? Buat saya sendiri, bleaching itu nggak ada rasanya sama sekali. Nggak bikin gatal meski ya, rambut saya jadi lebih kering setelah di-bleach dan diombre.
Dan buat kamu yang kepingin banget ngeombre rambut tapi takut rambutmu rusak, asyiknya ngombre di The Dee Hair itu, kamu bisa konsultasi dulu sama Audi. Audi ini dari SMP dulu sampe sekarang nggak pernah berubah–selalu ramah dan asyik. Sebagai hair colorist, dia selalu memastikan supaya rambut kamu nggak rusak dan kering–kecuali kamu ngotot ingin mencapai warna tertentu untuk rambutmu sehingga harus di-bleach berkali-kali… Risiko itu tentu harus kamu tanggung sendiri. 🙂 Nggak hanya bisa konsultasi soal bleaching saja, di The Dee Hair, kamu juga bisa minta rekomendasi warna rambut yang cocok untukmu, terutama untuk warna kulitmu. 😀
Setelah kurang lebih 5 jam di-bleach dan diombre oleh Audi yang cukup bikin leher dan kepala pegal, tapi tetap bikin semangat dan penasaran karena saya akan segera punya rambut ombre violet, berikut adalah tampilan rambut saya persis setelah diombre!
Gimana menurut kamu? Buat saya sendiri sih… saya suka banget sama hasilnya! Saya pun langsung merasa penampilan saya menjadi lebih menarik dan kepercayaan diri saya meningkat pesat setelah punya rambut violet ombre! 😛 Dan buat yang mau tanya berapa biayanya… Untuk harga cat Pravana sendiri, kurang lebih 300 ribu rupiah, kalo kamu tertarik, kamu bisa mencarinya di banyak online shop. 🙂 Sementara untuk biaya bleaching dan ombre di The Dee Hair biayanya berbeda-beda tiap orang–tergantung seberapa panjang dan tebal rambut. 🙂
Untuk saya sendiri, menghabiskan waktu 5 jam untuk menjadikan rambut ‘perawan’ saya menjadi ombre violet sebenarnya cukup melelahkan dan bikin pegal-pegal karena harus duduk terus selama 5 jam, tapi worth it banget! Saya nggak menyesal sama sekali dan malah ketagihan. 😛
Dan berhubung saya masih kepingin nulis banyak hal tentang gimana rasanya punya rambut ombre, cara merawat rambut ombre, dan gimana tampilan rambut ombre saat luntur kena air laut, dsb… Saya akan melanjutkan cerita-cerita saya tentang rambut ombre di postingan lain, ya! Silakan menunggu bagian 2 dari cerita rambut ombre saya! 😀
Nice to know. rambut model gini namanya ombre.
Saya pikir, semua rambut yang diwarnai namanya rambut pirang, ternyata beda2 yah.
Hihi yep yep. Ombre pun macem-macem namanya. Aku juga sebenarnya nggak terlalu hafal. 😛
wah sumpah kamu sist, narsong habis di ppostingan ini hahaha
hehehe