5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal

Pandemi COVID-19 hadir di Indonesia sudah berbulan-bulan lamanya. Keluarga saya termasuk yang amat sangat takut. Kami selalu membersihkan barang dengan desinfektan, mencuci tangan terus-menerus ketika di rumah, dan selalu memanaskan makanan yang dibeli dari luar minimal 5 menit lamanya. Saya yang berprofesi sebagai blogger dan freelancer sudah cukup terbiasa berada di rumah karena hanya sesekali saja ke luar untuk meeting atau pergi ke event. Suami saya yang bekerja di bidang asuransi juga sudah terbiasa bekerja dari rumah. Jadi, kami nggak memiliki kendala yang berarti ketika harus karantina di rumah aja. Lain halnya dengan adik saya yang berprofesi sebagai dokter gigi dan harus berhenti bekerja selama kurang lebih 3 bulan.

Risiko pekerjaan adik saya cukup tinggi (meski mungkin nggak bertemu langsung dengan pasien COVID-19), tapi saliva atau ludah yang merupakan droplets dari pasien dokter gigi sangat mungkin menularkan virus corona. Sampai akhirnya pada bulan Juni 2020, adik saya mulai bekerja kembali di saat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dihentikan dan New Normal pun diberlakukan. Mama saya yang memang mudah panik dan khawatir bisa dibilang sangat takut ketika adik saya mulai bekerja. Tapi ya kami juga nggak bisa membohongi diri kami sendiri, adik saya juga tetap harus bekerja karena kondisi keuangan yang menipis. Dampak ekonomi terasa sekali di saat pandemi COVID-19 ini. Saya dan suami yang terbiasa bekerja dari rumah mungkin nggak kaget-kaget amat bila harus di rumah terus, tapi jumlah pekerjaan yang datang juga berkurang jauh alias pendapatan berkurang. Bersyukur masih ada tabungan dan dana darurat sehingga kami masih bisa bertahan, meski seringkali saya juga dilanda kekhawatiran tabungan dan dana darurat habis… Apalagi Mama saya nggak bekerja.

Banyak banget perdebatan soal fase New Normal ini. Saya sendiri agak bingung harus gimana, karena saya paham ada beberapa alasan yang masuk akal untuk menjalani New Normal. Ini menurut saya lho ya, mungkin orang-orang juga punya pendapat yang berbeda. Mengutip dari Tirto, Pemerintah Indonesia menyebut New Normal sebagai tatanan baru dimana masyarakat harus menjaga produktivitasnya di tengah pandemi COVID-19. Kalo hanya dengan alasan produktivitas saja, jujur saja saya nggak terlalu setuju karena produktif bukan berarti harus berada di luar rumah. Di dalam rumah pun, kita bisa tetap produktif.

Melalui postingan ini, saya mau menjabarkan 5 alasan yang masuk akal untuk menjalani New Normal menurut saya:

1. Ekonomi

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal
https://www.freepik.com/free-vector/new-normal-office-concept_8724324.htm#query=new%20normal&position=6

Menurut saya, alasan ekonomi adalah alasan yang paling masuk akal sehingga mungkin banyak orang ‘terpaksa’ untuk menjalani fase New Normal sekalipun mereka masih takut dan was-was akan virus corona yang masih berkeliaran bebas. Saya banyak mendengar cerita dari teman-teman saya (terutama yang sudah berkeluarga dan memiliki anak) bahwa mereka sebenarnya masih takut keluar rumah, tapi karena terhimpit alasan ekonomi, mau nggak mau ya harus mulai bekerja kembali dari kantor dan menjalani fase New Normal.

Alasan ekonomi ini juga berdampak besar pada semua kalangan. Bahkan saat PSBB, banyak pengemudi transportasi online yang harus tetap bekerja setiap hari sekalipun order yang mereka dapat sangat sedikit dan risiko virus corona masih menghantui. Untuk saya pribadi, karena saya sadar bahwa freelance berarti penghasilan yang saya dapat bisa naik turun kapan saja dan malah jadi semakin sedikit karena pandemi COVID-19, saya akhirnya memutuskan untuk melamar kerja lagi dengan mencari kantor yang dekat rumah. Meski sejujurnya saya takut, alasan ekonomi ini yang membuat saya merasa harus melawan rasa takut saya. Bila memang saya dapat pekerjaan baru di luar rumah, saya harus menjaga kesehatan saya dan mematuhi protokol New Normal yang ada.

2. Kebutuhan Sehari-hari

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal
https://www.freepik.com/free-vector/new-normal-entrance-shops_8827752.htm#page=1&query=new%20normal&position=2

Berbelanja kebutuhan sehari-hari kini menjadi satu-satunya alasan saya berani ke luar rumah. Di rumah saya, kami hanya berbelanja seminggu sekali ke pasar untuk membeli sayur dan buah. Sebelumnya pun kami sudah mencoba berbelanja online, tapi seringkali sayur dan buah yang kami beli nggak sesuai harapan atau nggak segar. Memilih sayur dan buah serta bahan-bahan makanan lainnya secara langsung di pasar sebenarnya juga nggak gampang. Kami tetap harus menjaga jarak, memakai masker, dan tetap mengawasi sekitar untuk mencegah risiko tertular virus corona.

Bagaimanapun juga, memasak sendiri di rumah dengan bahan-bahan makanan yang kami pilih sendiri adalah salah satu usaha untuk menjaga kesehatan selama pandemi COVID-19. Semua itu dilakukan dengan harapan bisa tetap sehat dan hidup hingga pandemi COVID-19 berakhir. :”)

3. Keperluan Mendesak

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal
https://www.freepik.com/free-vector/modern-emergency-word-concept-with-flat-design_3099301.htm#page=1&query=urgent&position=25

Bila nggak ada alasan yang mendesak betul, sejujurnya saya sendiri masih ragu untuk menjalani fase New Normal. Buat saya, keperluan mendesak itu seperti harus ke rumah sakit dan melayat keluarga dekat yang meninggal. Saya juga sudah beberapa kali diajak makan bersama atau nongkrong sama teman-teman (bahkan di rumah mereka), tapi saya juga nggak berani karena risiko tertular virus corona bisa hadir dan datang kapan saja serta di mana saja. Apalagi, makan bersama atau nongkrong juga bukan keperluan yang mendesak dan bisa dilakukan nanti-nanti. Jika memang kangen dengan keluarga atau teman-teman, ada teknologi video call yang bisa dimanfaatkan. Harapan saya sih, pandemi COVID-19 bisa segera berlalu dan orang-orang di sekitar saya juga bisa tetap sehat hingga saat itu sehingga kita semua bisa berkumpul dan bertemu lagi. 🙂

4. Pendidikan

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal
https://www.freepik.com/free-vector/social-distancing-public-school_8827756.htm#query=new%20normal&position=17

Meski saya belum punya anak, tapi saya sudah mendengar banyak cerita tentang kegiatan sekolah atau kegiatan pendidikan yang terganggu karena pandemi COVID-19. Selain itu, adik saya juga masih berkuliah di Solo dan saya paham banget gimana kegiatan perkuliahannya begitu terganggu karena virus corona. Apalagi adik saya kuliah di fakultas kedokteran, risiko terpapar virus corona juga semakin tinggi.

Dalam beberapa berita yang saya baca di media massa, saya juga melihat bagaimana proses sekolah jarak jauh atau sekolah online juga banyak sekali hambatannya. Mulai dari hal sesepele koneksi internet di rumah yang nggak memadai hingga yang cukup membuat hati miris seperti ada murid yang nggak bisa naik kelas karena gawainya rusak.

Di Negara China dan beberapa negara, fase New Normal juga sudah diterapkan di sekolah dan institusi pendidikan. Mungkin pendidikan memang tetap lebih baik dilakukan dengan tatap muka langsung, kecuali para anak didik bisa belajar dengan mandiri tanpa hambatan. Alasan pendidikan untuk menjalani fase New Normal sebenarnya juga agak dilematis sih menurut saya, karena mungkin nggak setiap anak (terutama yang masih sangat kecil) bisa benar-benar paham soal pandemi COVID-19 dan protokol kesehatan yang harus dijalani.

5. Kasus Positif Virus Corona (COVID-19) Menurun

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal
https://www.freepik.com/free-vector/wuhan-coronavirus-symptoms-contagion_6848536.htm#page=1&query=covid%20graphic&position=4

Saya berusaha banget untuk nggak memikirkan jumlah pasien positif virus corona yang ada di Indonesia karena bikin sangat cemas dan khawatir. Apalagi, awalnya saya dan keluarga sangat takut tertular virus corona. Tapi, sesekali saya tetap harus mengecek jumlah kasus COVID-19 yang ada di Indonesia untuk bisa benar-benar memastikan apakah saya bisa mulai menjalani fase New Normal. Meskipun saya nggak tahu kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, tapi begitu angka kasus positif virus corona menurun, mungkin saya akan lebih berani untuk memulai fase New Normal. Sebelum itu, saya akan terus menjaga kesehatan tubuh saya supaya saya bisa terus bertahan hingga pandemi COVID-19 berakhir. :”)

Terima kasih sudah membaca postingan ini. Pada tulisan di atas, saya sudah menjabarkan 5 alasan masuk akal untuk menjalani fase New Normal. Semoga kita semua selalu sehat dan bahagia senantiasa ya hingga pandemi COVID-19 berakhir. Mari tetap patuhi protokol kesehatan yang ada jika memang harus menjalani fase New Normal dan pergi ke luar rumah. 🙂

Written by
Sefin
Join the discussion

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

2 comments
  • iya mbak, untuk pendidikan sebaiknay tatap muka dg disiasati denagn shift2an dan cukup 2-3 jam dulu. paling tidak mereka bisa sekolah. suka aksihan yang gak punya ponsel, anak dua artinya hrs punya ponsel 2, gmn anak2 di desa

    • Sedih, ya. Soalnya pendidikan kan penting banget. Berasa banget lagi di masa pandemi gini. Anak-anaknya kasian, para orang tuanya juga kasian. Dan yang di desa sih yang paling kasian, udah kadang akses listrik susah, sinyal juga susah lagi… 🙁

TheJournale

I am a #JBBinsider

5 Alasan Masuk Akal untuk Menjalani Fase New Normal