Entah merupakan sebuah kebetulan atau bukan, tapi kebanyakan perjalanan saya mengingatkan saya pada masa kecil. Begitu pula yang saya rasakan saat perjalanan #Terios7Wonders menjelajah Kalimantan, salah satunya adalah ketika kami melihat anggrek Kalimantan yang cantik sebagai destinasi kedua untuk Wonder #3.
Yang muncul di pikiran saya waktu melihat anggrek-anggrek tersebut adalah sosok ibu saya. Ya, sosok Mama yang telah membesarkan saya.
***
Pada awalnya, kami berencana untuk melihat anggrek-anggrek liar Kalimantan di kawasan hutan Gunung Meratus. Akan tetapi, karena kami tiba di lokasi saat hari mulai gelap, kami pun nggak bisa melihat anggrek-anggrek liar tersebut sama sekali.
Saya sempat merasa sedikit kecewa waktu itu karena saya ingin sekali melihat cantiknya anggrek Kalimantan karena bunga anggrek selalu berhasil mengingatkan saya pada Mama yang telah menanam anggrek di rumah sejak saya masih duduk di bangku SD.
Beruntung, kekecewaan saya kemudian memudar setelah kami merubah haluan ke rumah salah satu warga yang berada dekat dengan hutan Gunung Meratus, yaitu ke rumah Dedy Adriady.
Sebagai seorang pecinta anggrek, Dedy memiliki seenggaknya 10 jenis anggrek yang cukup langka, mulai dari jenis Phalaenopsis, Dendrobium, Panda, Coelogyne (jenis anggrek hitam yang hanya hidup di Kalimantan), hingga yang Hybrid. Jujur saja, saya nggak terlalu paham tentang jenis-jenis anggrek, tapi saya tahu bahwa menanam dan merawat bunga anggrek sangatlah nggak mudah.
Hal sama pun yang diungkapkan oleh Dedy, terutama dalam merawat anggrek Hybrid atau anggrek hasil perkawinan silang antara anggrek lokal dan anggrek yang bukan berasal dari Indonesia. Biasanya, Dedy pun rajin memberikan vitamin B1 untuk merawat anggrek-anggreknya juga menyiramnya dengan air beras — persis seperti yang Mama biasa lakukan untuk merawat anggrek-anggreknya selama ini.
Dari semua anggrek yang Dedy tanam, yang tertua adalah anggrek yang berusia 6 tahun atau kurang lebih seumur dengan lamanya Dedy merawat anggrek-anggrek. Ada yang jenis Panda, ada juga yang jenis Dendrobium.
Kebayang nggak, sih, bagaimana susahnya merawat banyak anggrek dalam 6 tahun? Akhirnya, saya pun langsung teringat Mama yang dulu rela mencari arang ke berbagai tempat demi merawat anggrek-anggreknya yang cantik. Kalau boleh saya bilang sih, sedikit ribet dan merepotkan. Tapi, namanya kalau sudah cinta, pasti semua dijabanin, kan? (Ini anggrek lho, ya, bukan yang lain. :P)
Selain menanam dan merawat berbagai jenis anggrek karena sudah terlanjur jatuh cinta pada keunikan bunga anggrek yang memiliki banyak jenis dan nggak membutuhkan media tanah untuk ditanam, Dedy mengakui bahwa alasannya adalah karena dia ingin melestarikan anggrek-anggrek langka asal Indonesia supaya nggak punah. Kedengarannya sangat sederhana, tapi sangat mulia, ya? 🙂
Apa yang dilakukan Dedy terhadap anggrek-anggrek koleksinya, menurut saya, patut sekali dicontoh. Dedy pun berhasil membuktikan bahwa kita nggak perlu menunggu oknum-oknum ahli untuk bisa melestarikan suatu spesies flora maupun fauna. Semoga ada semakin banyak individu yang lebih peduli akan flora dan fauna langka asal Indonesia, ya! 🙂
Oh iya, Mama, anggrek Kalimantan ini cantik-cantik, lho! Nggak mau nanam juga? Hehe…
***
Cerita perjalanan ini merupakan rangkaian perjalanan Road Trip di Kalimantan bersama Terios 7 Wonders “Borneo Wild Adventure” tahun 2015.
Yang ditangan Dedy itu anggrek hitam ya, Mbak? Duh cantik-cantik semua anggreknya. Pengen punya 🙂
Hai, Mbak Evi. Salam kenal 🙂 Kebetulan yang di tangan Dedy itu bukan anggrek hitam, tapi anggrek panda hybrid 😀 Kalau anggrek hitam, warnanya justru hijau~ hihi..memang cantik-cantik banget ya anggreknya, saya lihatnya juga naksir 😀
Nah jadi Black Orchid Kalimantan yang selama ini terkenal yang mana bentuknya?
nggak ada di foto sayangnya :)) meski namanya anggrek hitam, warnanya sebenarnya hijau..coba aja cari deh gambarnya di internet 😀
Di rumah ku banyak anggrek mbak. Tapi gegara nggak diurus jadi jarang pada berbunga hehehe
Emang ya ngurus anggrek itu ngeselin, udah berbunganya lama, pas berbunga juga cuman sebentar doang, nggak wangi pula. Tapi… Kalau pas lagi berbunga tu loh, cantiiiknya… Apa lagi kalau di Kalimantan ya mbak. Lihat fotonya doang aja udah kebayang gimana cantiknya hehehe
Yah sayang banget 🙁 Coba itu diurus dulu anggreknya hihihi..
Memang sih, cantik-cantik banget anggrek di Kalimantan. Sayangnya nggak bisa dibawa pulang. :))
Waaaah nggak bakat mbak, itu dulu dirawat sama orang tua. Sekarang udah pada pindah ke kota lain dan nggak dibawa. Jadi ya nggak keurus deh hehehe
Bagus ya padahal, belum pernah lihat yang gituan di Jawa hehe
Yah..sayang banget. Kalo nggak hobi memang susah, sih. Harus bener-bener niat. 🙂
Iya, anggrek-anggrek Kalimantan beda banget sama yang di Jawa~
Itu dia masalahnya hehehe
Lebih besar juga ya kayaknya?
Iyaaaa…Kayaknya tergantung cuaca sama matahari juga deh, ya~ Dedy kan merawatnya benar-benar rajin dan telaten.
baru tahu merawat anggrek perlu waktu yg lama dan dedikasi yg tinggi ya,
tapi setelah berbunga sangat cantik sekali, seperti usaha yang tidak menghianati hasil 🙂
Beneeer! Nanti kalo udah pindah rumah, boleh banget coba nanem anggrek juga. Mama dulu sempet nanem banyak lho. 😀