Akhirnya Ngerayain Cap Go Meh di Singkawang!

Akhirnya Ngerayain Cap Go Meh di Singkawang!

Sudah pada tahu kan kalau saya ini gadis manis keturunan Tionghoa? *kibas rambut* Kalau soal Imlek sih, nggak usah ditanya, setiap tahun saya sudah terbiasa merayakan Imlek bersama keluarga. Sejak masih kecil (badan saya nggak gede juga sih sampai sekarang), kami sekeluarga biasa berburu angpao ke rumah Nenek di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, kemudian keliling ke rumah-rumah kerabat di Sunter dan Kelapa Gading. Selain Imlek, saya baru sekali merayakan Ceng Beng atau ziarah kubur pada tahun 2012 ke Palembang. Sayangnya, saya belum pernah merayakan tradisi yang lain meski saat Hari Bakcang dan Hari Makan Kue Bulan hampir nggak pernah terlewatkan. Ya, kalau yang namanya makan-makan sih, saya selalu mau ikutan. Hehehe… Nah, sedihnya, selama ini saya nggak pernah merayakan Cap Go Meh. Akan tetapi, ternyata nasib berkata lain! Siapa yang menyangka akhirnya saya bisa merayakan Cap Go Meh? Di Singkawang pulaaak! Serunya lagi, Festival Cap Go Meh di Singkawang ini setiap tahunnya sudah terkenal sebagai perayaan Cap Go Meh terbesar se-Asia Tenggara, lho! WOO-HOO!!!

Setelah menjelajah Pasar Turi di Singkawang, saatnya saya dan teman-teman blogger mengikuti acara utama, yaitu Festival Cap Go Meh 2016! Oh iya, buat yang belum tahu apa itu Cap Go Meh, Cap Go Meh sendiri adalah hari kelima belas di tahun baru Imlek atau kalender bulan. Kalender bulan dalam budaya Tionghoa sendiri adalah kalender lunisolar atau gabungan dari kalender bulan dan matahari. Jujur saja, saya sendiri nggak begitu paham tentang perayaan Cap Go Meh, tapi yang jelas, merayakannya untuk pertama kali langsung di Singkawang sungguh membuat saya begitu bersemangat! 😀

Sebelum menghadiri puncak Festival Cap Go Meh 2016 di Singkawang, kami sempat mengikuti Pawai Lampion yang diadakan pada 20 Februari 2016. Pawai Lampion berlangsung sejak pukul 9 malam dengan hujan rintik-rintik yang dipercaya membawa rezeki. Para peserta dari berbagai yayasan, sekolah, vihara, dan komunitas berkumpul di Singkawang Grand Mall yang menjadi titik pertemuan sebelum pawai benar-benar dimulai. Saya pun sempat bertemu dengan beberapa perempuan Singkawang cantik dengan cheongsam yang turut menjadi peserta pawai. Nggak hanya para peserta pawai saja, tapi warga dan para wisatawan yang berkunjung ke Singkawang amat bersemangat menyambut Pawai Lampion yang berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut.

Para peserta cantik Pawai Lampion 2016. Pawai Lampion 2016 berlangsung ramai dan meriah meski hujan.

Nggak hanya Pawai Lampion saja yang cukup menarik perhatian, salah satu rangkaian kegiatan yang turut menarik perhatian saya dan teman-teman adalah Pawai Tatung yang berlangsung pada puncak Festival Cap Go Meh 2016. Pada pawai tersebut, ada kurang lebih 600 Tatung yang mempertunjukkan aksi berbahaya mereka. Akan tetapi, sebelum membahas lebih lanjut tentang Pawai Tatung, kamu perlu tahu sedikit bagaimana para Tatung mempersiapkan diri mereka untuk bisa mengikuti Pawai Tatung pada 22 Februari 2015.

Dalam Bahasa Hakka, Tatung adalah orang yang dirasuki oleh roh dewa atau leluhur. Pada Pawai Tatung sendiri, ratusan Tatung akan menusuk-nusukkan diri mereka dengan berbagai benda tajam dan berbahaya, seperti pisau, jarum, golok, pedang, hingga besi tanpa merasa kesakitan dan terluka. Untuk bisa dirasuki oleh roh dewa atau leluhur tersebut, mereka pun harus mempersiapkan diri, seperti dengan nggak berhubungan seksual dan nggak makan daging minimal seminggu menjelang Cap Go Meh. Kemudian, mulai hari ketiga belas di tahun baru Imlek atau dua hari menjelang Cap Go Meh, para Tatung harus meminta restu ke dewa atau leluhur mereka supaya bisa dirasuki pada puncak acara Cap Go Meh dengan berdoa ke vihara-vihara. Jika mereka nggak berhasil mendapatkan restu di satu vihara, mereka harus mencoba di vihara lain. Jika akhirnya mereka nggak mendapatkan restu juga di vihara-vihara lain, mereka nggak bisa ikut Pawai Tatung karena itu hanya akan melukai diri mereka sendiri.

Saya dan teman-teman pun sempat melihat ritual meminta restu dari beberapa Tatung di Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang merupakan vihara tertua di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Jujur saja, saya begitu merinding saat melihat mereka sempat dirasuki oleh roh dewa atau leluhur. Mereka tampak begitu berbeda dari manusia biasa, apalagi sorot matanya. Yang paling mengerikan sih, waktu kami melihat Tatung yang membawa ayam yang sudah mati di mulutnya sendiri. Hiiiy…

Tatung berdatangan ke Vihara Tri Dharma Bumi Raya untuk meminta restu. Vihara Tri Dharma Bumi Raya menjelang Cap Go Meh 2016. Tatung pertama yang kami lihat di Vihara Tri Dharma Bumi Raya. Ia membawa ayam mati di mulutnya. Dua tatung tengah meminta restu di Vihara Tri Dharma Bumi Raya.

Cap Go Meh pun tiba! Lagi-lagi, hujan turun. Sedikit menyesali keputusan untuk nggak membawa jas hujan atau payung karena mau membawa tas yang berukuran mini, saya dan teman-teman menunggu Pawai Tatung dimulai di bawah hujan rintik-rintik. Di sekeliling kami, berbagai wisatawan dari seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia, terutama para wisatawan yang berasal dari Cina, Malaysia, Singapura, dan Taiwan, duduk nggak sabar menunggu pawai dimulai. Udara yang sedikit lembab serta hujan yang turun kecil-kecil membuat kami merasa sedikit kegerahan. Di berbagai sudut kota, para warga dan wisatawan yang “menyebarkan” diri mereka supaya bisa melihat pawai dengan jelas, tampak begitu bersemangat. Pukul 8 lewat, acara pun dibuka dengan tari-tarian. Ada Tari NKRI yang sepertinya diciptakan dengan mencampurkan berbagai tarian tradisional dari seluruh Indonesia dengan tarian Melayu dan tarian Tionghoa. Sesudahnya, rombongan pawai pun datang. Tarian Naga begitu menarik perhatian saya.

Para warga Singkawang siap menonton Pawai Tatung dari balkon rumah mereka. Membawa gunting saat pawai berlangsung dipercaya dapat mencegah roh jahat merasuki jiwa-jiwa yang lemah. Bayi dan anak-anak kecil kerap dianggap memiliki jiwa yang lemah. Pawai Tatung dimulai dengan tarian NKRI dan para penari naga yang menjadi peserta pawai.

Melakukan aksi berbahaya, para Tatung yang kebanyakan berada di atas tandu, menjadi pusat perhatian semua orang. Saya sendiri bukan orang yang senang melihat hal-hal yang sadis, jadi saya lumayan merasa ngilu dan ngeri saat melihat para Tatung dengan bagian tubuh mereka yang ditusuk-tusuk oleh benda tajam. Terlihat begitu menyakitkan!

Oh iya, jika kamu mengira Tatung itu hanyalah laki-laki yang sudah dewasa… Kamu salah besar. Tatung bisa saja perempuan juga anak-anak. Nggak ada batasan usia dan gender untuk menjadi Tatung. Yang jelas, nggak semua orang bisa jadi Tatung atau dengan kata lain, hanya orang-orang terpilih saja yang bisa menjadi Tatung.

Tatung pertama yang kami lihat. Cukup mengerikan. Tatung favorit saya, nih! Sepertinya dia kerasukan arwah Kera Sakti alias Sun Go Kong! Kalau kelilipan atau gatal, jangan garuk pakai pedang, ya. Hehehe… Tatung-tatung lain yang nggak kalah “seru”. (1) Tatung-tatung lain yang nggak kalah “seru”. (2) Salah dua Tatung perempuan yang ikut Pawai Tatung.

Nggak hanya Tatung laki-laki dan perempuan individu saja yang ikut pawai, kami bahkan sempat melihat Keluarga Tatung. Entah bagaimana ceritanya, yang jelas dalam keluarga tersebut, hampir semuanya menjadi Tatung dalam pawai. Mulai dari kakak, adik, ayah, hingga paman. Bisa dibilang, mereka adalah orang-orang yang diberi “bakat” atau gift. Selain Tatung, kami juga sempat melihat “jelangkung” yang berwujud kandang ayam yang dipakaikan baju kemudian dipegangi oleh banyak orang supaya bisa “dikendalikan”. Cukup menyeramkan, bukan? Jadilah, selama Pawai Tatung berlangsung, saya merinding berkali-kali. Hiiiy…

Keluarga Tatung. Yang paling depan berpakaian kuning kabarnya adalah sang kakak, disusul oleh adik perempuannya yang berbaju merah. Di belakang mereka masih ada paman, ayah, serta para anggota keluarga lain yang juga merupakan Tatung. “Jelangkung” yang begitu kuat sehingga harus dijaga oleh banyak orang.

Nah, di bawah ini adalah foto Tatung ganteng favorit saya dan Mbak Terry dari Negeri Kita Sendiri yang sempat gagal mendapat restu di vihara rumah Marga Tjhia yang terletak di Kawasan Tradisional Singkawang. Dan sepertinya, si ganteng ini sudah mendapat restu sehingga dia bisa ikutan Pawai Tatung. :3 Sayang kita nggak sempat kenalan. #eh

Nah, kalau ini Tatung ganteng favoritku dan Mbak Terry. Foto atas adalah saat dia tengah meminta restu di salah satu vihara dan foto bawah adalah saat dia tengah mengikuti Pawai Tatung. Bonus foto: Mbak Terry yang kece. 😀

Kalau ada yang nanya gimana kesan saya selama mengikuti Festival Cap Go Meh 2016 di Singkawang, saya pasti akan bilang: “Seru!” Buat kamu yang suka banget wisata adat, budaya, tradisi, serta sejarah, Festival Cap Go Meh ini seru banget! Ada banyak banget yang bisa kamu jelajahi dan nikmati. Dan kalau kamu tertarik ikutan Festival Cap Go Meh 2017 serta tahun-tahun berikutnya, pastikan kamu sudah booking hotel sejak lama supaya dapat penginapan yang enak dan nyaman. Saat trip #PesonaSingkawang kemarin, sayangnya kami dapat hotel yang kurang nyaman karena waktu booking hotel sudah terlalu mepet. Selain itu, jangan lupa juga untuk bikin daftar tempat makan untuk wisata kuliner karena pada trip kemarin, sayangnya kami nggak mencoba banyak makanan khas Singkawang karena itinerary yang kurang jelas. 🙁 Padahal kamu tahu banget kan gimana saya suka banget wisata kuliner… Huhuhu… :”

Ah, harapan saya sekarang sih semoga saya bisa kembali lagi ke Singkawang untuk Festival Cap Go Meh 2017 dan mencoba banyak kuliner khas Singkawang. Sampai jumpa lagi, Singkawang!

—–

Perjalanan bersama para blogger ini terlaksana atas undangan Kementerian Pariwisata Indonesia. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hashtag #PesonaSingkawang #PesonaPontianak #PesonaIndonesia.

Written by
Sefin
Join the discussion

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

5 comments
  • Kaaaaak, event-nya keren kaliii!
    Aku belum pernah Cap Go Meh-an di Singkawang lho…;) #kodekeras

    Btw tatung-tatung ini bisa diajak ngobrol gak sih? Kalau kita sebagai turis mau experience jadi tatung bisa?

    • Hai Kaaaak :”D

      Kangen deeeeh. Huahahahaha yuk tahun depan ke Singkawang. Nanti kucolek-colek deh kalo ada ajakan. 😛

      Tatung ini terpilih gitu, Kak. Rata-rata by born, jadi nggak sembarang orang bisa jadi Tatung. Waktu mereka lagi pawai gitu kita nggak boleh ngegangguin atau dia bisa celaka atau sadar tiba-tiba jadinya luka. Huhuhu…

TheJournale

I am a #JBBinsider

Akhirnya Ngerayain Cap Go Meh di Singkawang!